Minggu, 06 Maret 2016

Aspartame


Aspartame



Ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte pada tahun 1965 sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam merupakan dipeptida yang dibuat dari hasil penggabungan asam aspartat dan fenilalanina. Khusus asam aspartat, ia juga merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atauneurotransmitter yang memacu eksitasi pada ujung sinaps saraf otak.

Aspartame adalah sejenis pemanis buatan yang telah disetujui penggunaannya di lebih dari seratus Negara termasuk Indonesia, BPOM telah menyetujui penggunaan aspartame sejak 1988 untuk penggunaannya dalam produk makanan dan minuman, hal tersebut sudah ada di dalam SK Kepala BPOM bulan oktober 2004 , HK.00.05.5.1.4547 dan SNI 01-6993-2004.

Keamanan aspartame juga didasari pada keputusan CODEX stan 192-1995 Rev.10 tahun 2009. Codex Alimentarius Commision (CAC) adalah lembaga Internasional yang ditunjuk FAO/WHO untuk melindungi kesehatan konsumen.

Kegunaan aspartame sendiri adalah alternative pengganti gula pasir yang merupakan pemanis rendah kalori terdiri dari asam amino merupakan komponen protein, maka aspartame dapat mudah dicerna oleh tubuh, sama seperti tubuh mencerna asam amino yang terdapat di bahan makanan lain seperti daging ayam atau kacang-kacangan.

Sebenarnya aspartame ini dapat membantu juga untuk mengontrol makanan jika digunakan sebagai bagian dari gaya hidup bersamaan dengan diet yang benar dan olahraga yang teratur.
Dalam jurnal diet, Nutrition and The Prevention of Chronic Disease, Maret 2003, WHO dan FAO merekomendasikan konsumsi gula tidak lebih dari sepuluh persen total asupan kalori harian

Dalam ILSI’s First International Conference on Nutrigenomics – opportunities in Asia, Desember 2005 di Singapura, disampaikan bahwa konsumsi gula yang berlebih menyebabkan mutasi atau kerusakan gen yang menyandikan PPAR-y, PPAR-y merupakan protein khusus dalam jaringan lemak dan hati yang berfungsi meningkatkan sensitivitas insulin.

Menurunnya sensitivitas insulin dalam tubuh dapat menyebabkan diabetes di mana insulin gagal menstimulasi pengambilan glukosa dan darah ke otot dan jaringan lemak serta gagal menghambat pencernaan pemecahan glikogen menjadi glukosa di hati. Sel beta pada pankreas juga gagal meningkatkan produksi insulin.

Akibatnya kadar glukosa di dalam darah terus menerus tinggi. Sebuah penelitian yang membandingkan anatara konsumsi minuman yang mengandung gula dengan minuman tanpa gula, dengan jumlah kalori yang sama, menunjukan bahwa gula menurunkan produksi PPAR-y.  Sementara minuman tanpa gula menstimulasi produksi PPAR-y dan adinopketin yang membantu meningkatkan sensitivitas insulin.


Sehingga untuk menghindari konsumsi gula berlebihan, penggunaan aspartam dalam produk pangan dapat menjadi alternatif pengganti gula pasir.

Baca Juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar