Ditemukan pada tahun 1965 oleh James Schslatte pada tahun 1965 sebagai hasil percobaan yang gagal. Aspartam
merupakan dipeptida yang dibuat dari hasil penggabungan asam aspartat dan
fenilalanina. Khusus asam aspartat, ia juga merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atauneurotransmitter yang memacu eksitasi pada ujung sinaps saraf otak.
Aspartame adalah sejenis pemanis
buatan yang telah disetujui penggunaannya di lebih dari seratus Negara termasuk
Indonesia, BPOM telah menyetujui penggunaan aspartame sejak 1988 untuk
penggunaannya dalam produk makanan dan minuman, hal tersebut sudah ada di dalam
SK Kepala BPOM bulan oktober 2004 , HK.00.05.5.1.4547 dan SNI 01-6993-2004.
Keamanan aspartame juga didasari pada
keputusan CODEX stan 192-1995 Rev.10 tahun 2009. Codex Alimentarius Commision
(CAC) adalah lembaga Internasional yang ditunjuk FAO/WHO untuk melindungi
kesehatan konsumen.
Kegunaan aspartame sendiri adalah alternative
pengganti gula pasir yang merupakan pemanis rendah kalori terdiri dari asam
amino merupakan komponen protein, maka aspartame dapat mudah dicerna oleh
tubuh, sama seperti tubuh mencerna asam amino yang terdapat di bahan makanan
lain seperti daging ayam atau kacang-kacangan.
Sebenarnya aspartame ini dapat
membantu juga untuk mengontrol makanan jika digunakan sebagai bagian dari gaya
hidup bersamaan dengan diet yang benar dan olahraga yang teratur.
Dalam jurnal diet, Nutrition and The
Prevention of Chronic Disease, Maret 2003, WHO dan FAO merekomendasikan
konsumsi gula tidak lebih dari sepuluh persen total asupan kalori harian
Dalam ILSI’s First International
Conference on Nutrigenomics – opportunities in Asia, Desember 2005 di Singapura,
disampaikan bahwa konsumsi gula yang berlebih menyebabkan mutasi atau kerusakan
gen yang menyandikan PPAR-y, PPAR-y merupakan protein khusus dalam jaringan
lemak dan hati yang berfungsi meningkatkan sensitivitas insulin.
Menurunnya sensitivitas insulin dalam
tubuh dapat menyebabkan diabetes di mana insulin gagal menstimulasi pengambilan
glukosa dan darah ke otot dan jaringan lemak serta gagal menghambat pencernaan
pemecahan glikogen menjadi glukosa di hati. Sel beta pada pankreas juga gagal
meningkatkan produksi insulin.
Akibatnya kadar glukosa di dalam darah
terus menerus tinggi. Sebuah penelitian yang membandingkan anatara konsumsi
minuman yang mengandung gula dengan minuman tanpa gula, dengan jumlah kalori
yang sama, menunjukan bahwa gula menurunkan produksi PPAR-y. Sementara
minuman tanpa gula menstimulasi produksi PPAR-y dan adinopketin yang membantu
meningkatkan sensitivitas insulin.
Sehingga untuk menghindari konsumsi
gula berlebihan, penggunaan aspartam dalam produk pangan dapat menjadi
alternatif pengganti gula pasir.
Baca Juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar